Laman

Pengikut

Sabtu, 18 Desember 2010

SBY-Boed Dicap Feodal.

JAKARTA, RIMANEWS-Presiden SBY dan Wapres Boediono disorot publik karena feodal, dan bermental inlander lantaran sangat mementingkan modal asing, melayani kepentingan Amerika Serikat, IMF dan kaum pemodal domestik. Kedua penguasa itu tidak amanah terhadap rakyat jelata dan tidak memberi tempat bagi keadilan sosial di Indonesia; Penilaian Habibie dalam muktamar ke-7 ICMI sebetulnya ditujukan kepada SBY-Boed yang sangat menikmati kekuasaan di tengah kesengsaraan dan ketidakberdayaan rakyat kecil dan jelata. SBY-Boed hanya mau menikmati nangkanya tapi tak mau getahnya sehingga Indonesia kehilangan harapan dan diambang kehancuran.

Pandangan itu disampaikan oleh Ketua Umum PB HMI M Chozin Amirulah MA dan Stefanus Gusma, Ketua Umum PMKRI. Pandangan itu diperkuat dengan statemen Habibie dalam muktamar ICMI pekan ini.

Kedua anak muda yang berani dan kritis itu amat menyesalkan feodalisme Cikeas dan neoliberalisme Boediono yang membuat rakyat miskin makin miskin dan demokrasi dibajak pemodal serta oligarki politik.

Menurut BJ Habibie, mantan presiden dan mantan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau ICMI menilai, banyak pemimpin nasional yang sekarang ini bersifat feodal.

"Feodal itu bukan (karena) gubernur, Presiden, Wakil Presiden atau pejabat lainnya. Akan tetapi, karena rakyatnya sendiri yang membuatnya," ungkap Habibie, seusai pembukaan Muktamar ke-7 dan Milad ke-20 ICMI oleh Wakil Presiden Boediono di halaman belakang Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/12/2010) siang ini.

Acara dengan tema "Membangun Peradaban Indonesia Madani", dihadiri Wapres Boediono, Ketua Presidium ICMI Azyumardi Azra, dan pimpinan lembaga negara, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, duta besar negara sahabat, Gubernur Jawa Barat Achmad

Heryawan dan pengurus ICMI lainnya serta 1.300 orang peserta dan undangan lainnya.

Habibie kemudian menceritakan pengalamannya sebagai Direktur Utama Industri Strategis Perkapalan Nurtanio Bandung yang banyak dilayani. Akibatnya, ketika ia tidak mau hidup dilayani dan memilih mengatur sendiri seperti ikut antri makan dan lainnya, sejumlah staf kebingungan menghadapinya. "Karena selalu melayani pemimpin, itu bisa menyebabkan pemimpin menjadi feodal," tambah Habibie.

Menurut Habibie, peranan ICMI pada tahapan yang kedua adalah mendorong pemimpin yang egaliter. Sebelumnya, ICMI sudah ikut mendorong pemimpin yang beralih dari sistem otoriter dan kurang demokratis menjadi pemimpin yang egaliter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar